Pilkada Sleman 2020, NU sebagai penentu kemenangan?

- January 29, 2020




Perhelatan akbar pilkada serentak 2020 memang masih beberapa bulan kedepan, pendaftaran pasangan calon pun masih pada bulan Juni (16-06-2020), namun ‘aura’ pertarungan sudah terlihat saat ini, dinamika politik sungguh sangat kentara diantara partai-partai politik maupun para pemangku kepentingan yang ada di Kabupaten Sleman. Bukan hanya partai politik sebagai “pemegang stempel” pendaftaran pasangan calon saja yang melakukan persiapan dengan memanaskan mesin politiknya, namun ormas-ormas non partisan pun melakukan persiapan yang sama, tentunya tidak dengan mesin politik praktis. Salah satunya adalah Nahdlatul Ulama (NU), sebagai salah satu ormas keagamaan terbesar di Indonesia NU tentunya ingin menempatkan kader-kadernya diposisi strategis dalam pemerintahan. Pada pilpres 2019 telah membuktikan bahwa salah satu kader terbaik NU KH. Ma’ruf Amin mampu diposisikan sebagai wakil presiden RI, demikian pula dalam pileg 2019 NU DIY mampu menempatkan kadernya Dr. Hilmy Muhammad (Gus Hilmy) sebagai senator DPD RI dengan perolehan suara yang spektakuler.

Dimana NU berlabuh, kemenangan diraih
Konstelasi kekuatan NU di Sleman merupakan salah satu basis yang harus diperhitungkan oleh semua partai politik, kendati dominasi kelompok abangan lebih kentara dan muhammadiyah, meskipun dari sisi jumlah mungkin lebih sedikit namun selama ini memiliki peran yang cukup besar terutama di birokrasi. Alasan yang mendasari kenapa kekuatan NU Sleman harus diperhitungkan adalah: Pertama, fenomena kemenangan Gus Hilmy pada pileg 2019 sebagai pendatang baru yang spektakuler dengan perolehan suara nyaris 300 ribu (299.164), menunjukkan soliditas warga nahdliyin terbukti, bahwa mesin organisasi NU disemua tingkatan melakukan kerja-kerja pemenangan untuk Gus Hilmy sebagai petugas NU,. Kedua, kerinduan yang sangat besar dari warga nahdliyin untuk mempunyai bupati maupun wakil bupati dari kader NU menjadi sentimen positif dan menjadikan semacam keyakinan diri diinternal nahdliyyin bahwa seharusnya kepemimpinan Sleman merupakan "hak" dari NU. Ketiga, perolehan suara dari calon DPD RI pada pileg 2019 dari 2 (dua) calon yang merupakan representasi dari NU (Gus Hiilmy dan Hafid Asrom) cukup dignifikan dimana Gus Hilmy memperoleh 78.231 suara, sedangkan Hafid Asrom 64.831 jika digabungkan suara NU di Kabupaten Sleman sebanyak 143.602, itupun masih banyak suara NU diakar rumput yang masih setia memberikan suaranya ke GKR Hemas. Keempat, kekuatan besar yang ada pada tokoh-tokoh politisi NU di Kabupaten Sleman sebut saja H. Sukamto, Hafid Asrom, Agus Sulistiono saat ini relatif mengental tidak tercerai berai karena mereka tidak ‘bermain’ diajang Pilkada 2020 dan lebih mempercayakan kepada struktural NU, ditambah lagi dengan intruksi dari PWNU terkait dengan pembentukan Tim 9 NU-PKB dalam kontenstasi pilkada mendatang. Kelima, kekuatan calon yang diusung oleh Tim 9 (R. Agus Kholiq, SE.,MM) yang notabene kader NU dan sekaligus ketua DPC PKB cukup menjadikan suara PKB Sleman akan solid dan dapat mengkondisikan anggota DPRD Sleman dari PKB akan memberikan support dalam Pilkada 2020 nanti.
Dari kelima alasan kenapa NU Sleman layak diperhitungkan diatas, tidak terlepas dari cita-cita NU dalam menata politik jam’iyah dan jamaah terutama dari sisi politik kebangsaan sebagaimana menjadi komitmen NU selama ini, sehingga menjadi sebuah kewajaran jika ada sebuah ungkapan, Dimana NU Berlabuh, Kemenangan Diraih. Wallahu a'lam
* Oleh : Wiratno (pemerhati sosial politik)